KANKER PAYUDARA
I.
DEFINISI
Kanker payudara
adalah kanker pada jaringan. Ini
adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita.
Kanker
adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma
yang ganas yang berasal dari parenchyma.
Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD), (Handoyo, 2005).
II.
ETIOLOGI
Faktor penyebab
spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor
yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara
diantaranya, faktor reproduksi Karakteristik reproduktif yang berhubungan
dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur
muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua.
Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode
antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan
window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan
fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis. Penggunaan hormon Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa
terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi
estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami kanker ini sebelum menopause. Penyakit fibrokistik Pada wanita dengan
adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya
kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5
sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik risiko meningkat hingga 5 kali (Karten, 2003).
Terdapat hubungan yang positif antara berat
badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di
negara-negara barat dan bukan barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
Konsumsi lemak konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Willet dkk., melakukan studi (di prospektif selama
8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker
payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun. Radiasi Eksposur dengan radiasi
ionisasi selama atau sesudah puberitas meningkatkan terjadinya risiko kanker
payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko
kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya
eksposur. Riwayat keluarga dan faktor
genetik Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat
peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan
gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen suseptibilitas kanker
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50
tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun (Karten, 2003).
III.
PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal
dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap
inisiasi dan promosi.
a.
Pada
tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu
agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran)
atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.
bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami
suatu keganasan.
b.
Pada
tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang
peka dan suatu karsinogen).
Stadium Stadium penyakit kanker adalah suatu
keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker
yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker
tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh stadium
hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Banyak
sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini
adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan
oleh UICC (International Union Against Cancer dari WHO atau World Health
Organization) / AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American
College of Surgeons). Pada
sistim TNM dinilai tiga faktor utama yaitu:
1. "T" yaitu Tumor size atau ukuran
tumor .
2. "N" yaitu Node atau kelenjar getah
bening regional.
3. "M" yaitu metasasis atau penyebaran
jauh.
Ketiga faktor T,N,M dinilai baik secara klinis
sebelum dilakukan operasi , juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan
histopatologi (PA) . Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
a. T (Tumor size), ukuran
tumor :
1. T 0 : tidak ditemukan tumor primer
2. T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
3. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
4. T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
5. T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada
penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.
b.
N (Node), kelenjar getah bening regional
(kgb) :
1. N 0 : tidak terdapat metastasis
pada kgb regional di ketiak / aksilla
- N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
- N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
- N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.
c.
M (Metastasis) , penyebaran
jauh :
1. M x : metastasis jauh belum
dapat dinilai
- M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
- M 1 : terdapat metastasis jauh.
Setelah masing-masing
faktor T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan
didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
a. Stadium 0 : T0 N0 M0
- Stadium 1 : T1 N0 M0
- Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
- Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
- Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
- Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
- Stadium III C : Tiap T N3 M0
- Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1
(Bosmen,
at al., 1999).
IV.
MANISFESTASI
KLINIS
Gejala
klinis kanker payudara dapat berupa :
a.
Benjolan pada payudara Umumnya berupa benjolan
yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin
besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara
atau pada puting susu.
b.
Erosi
atau eksema puting susu Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam
(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema
hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau
timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk,
dan mudah berdarah.
c.
Pendarahan
pada puting susu.
d.
Rasa
sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul
borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.
e.
Timbul
pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan
penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
(Handoyo, 2005)
Kanker
payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:
1.
Terdapat
edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara).
2.
Adanya
nodul satelit pada kulit payudara.
3.
Kanker
payudara jenis mastitis karsinimatosa.
4.
Terdapat
model parasternal.
5.
Terdapat
nodul supraklavikula.
6.
Adanya
edema lengan.
7.
Adanya
metastase jauh.
8.
Serta
terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila
berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya
yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT
Scan, scintigrafi (Handoyo, 2005).
V. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Pencitraan untuk
payudara.
b. Pemeriksaan
mamografik harus dilakukan pada tiap kelainan palpable atau yang dicurigai di
payudara. Ini bukan hanya untuk menilai payudara yang di curigai, tetapi untuk
mengesampingkan karsinoma payudara kontra-lateral. Penting bahwa radiodiagnostikus
mendapat permintaan yang terarah dengan disebutkan hasil-hasil yang didapat secara
klinik (Handoyo, 2005).
VI.
DIAGNOSIS
a.Pemeriksaan
Fisik
Kira-kira
80% tumor payudara ditemukan oleh
penderita sendiri. Terutama pada wanita di atas 45 tahun disarankan untuk pada
pemeriksaan fisik dikerjakan palpasi jaringan payudara dan memberi intruksi
untuk pemeriksaan payudara sendiri. Melalui pusat kanker dan de Nederlandse Cancer Bestrijding dapat
di peroleh folder umum utuk pemeriksaan payudara sendiri yang memuat petunjuk
yang berguna. Pemeriksaan kedua payudara penting untuk dilakukan dengan sangat
teliti dan sangat besar manfaatnya.
a.Inspeksi
dan palpasi
Penderita
dalam posisi duduk diminta menunjukkan tempat kelainan, jika ia sendiri telah
menemukannya. Harus waspada terhadap kelainan kulit atau penarikan ke dalam
(pengerutan) papila atau kulit. Dari tiap tumor yang di raba harus di tentukan
ukurannya (dalam sentimeter), bentuknya, konsistensi kalau ada fiksasi pada
kulit atau lapisan dibawahnya.Sesudah itu di periksa ketiak dan kelenjar
Supraklavikular (Montano, 1990).
Pengobatan
yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu
dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi (Bosmen
dkk., 1999).
VII.
PROGNOSIS
Pada permulaan terutama ditemukan pertumbuhan
intraluminal, tanpa infiltrasi. Stadium ini disebut karsinoma in situ.
Mengenani lamanya transformasi maligna tidak banyak diketahui. Kanker payudara
sendiri mempunya fraksi pertumbuhanrendah ( sel dalam siklus replikasi) dengan
waktu duplikasi rata-rata 200 hari, maka suatu tumor akan membutuhkan 20 tahun
untuk menjadi palpable (diameter 1-2 cm). Meskipun kecepatan pertumbuhan
kebanyakan tidak konstan dan juga tidak logaritmik, kalkulasi ini berimplikasi
bahkan pada pertumbuhan yang amat cepat (waktu duplikasi 20 hari) paling
sedikit waktu latensi preklinis adalah 2
tahun. Pertumbuhan infiltrative local
adalah akibat bertambahnya sel-sel tumor dalam jaringan kelenjar payudara, yang
di dalamnya terjadi pertumbuhan neoplastik itu. Tumor yang tumbuh bervariasi
dalam bentuk dan struktur internnya, yang disamping secara patologik juga
mamografik dapat dikenal. Pertumbuhan infiltrative terjadi sepanjang
tabung-tabung kelenjar, tali temali jaringan ikat dan jaringan lemak dalam payudara
yang hanya member sedikit tahanan. Sel-sel tumor dapat menembus pembuluh limfe dan darah dengan cara yang sama
seperti sel darah putih. Dengan cara ini kadang-kadang sebelum tumor bisa
dideteksi sudah didapatkan metastasis dini.
Pada limfedema yang telah lanjut dari payudara
(lebih dari sepertiga) kemungkinan
adanya sel-sel tumor sesudah pembedahan yang sangat besar. Ini juga
berlaku jika karena pertumbuhan local yang kuat dan infiltrasi kulit terjadi
tumor satelit, kadang-kadang bahkan dengan ulcerasi. Penderita dengan mastitis
karsinomatosa, fenomena yang langka (1,5 % dari semua penderita), kebanyakan
mempunyai prognosis infaust dalam
jangka pendek. Tetapi pada sebagian besar penderita dapat dilakukan terapi yang
bertujuan kuratif (Karten, 2003) .
Kaum pria
juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari
1 di antara 1000. Gejala kanker ini sering tidak dirasakan penderita dengan
jelas (Bosmen dkk.,1999).
VIII.
PENATA
LAKSANAAN
Pengobatan
Kanker Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit, yaitu mastektomi. Mastektomi adalah
operasi pengangkatan payudara. Ada
3 jenis mastektomi, yaitu:
a.
Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi
pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang
selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
b.
Total Mastectomy, yaitu operasi
pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
c.
Radical Mastectomy, yaitu operasi
pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung
sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian
radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya
kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. Penyinaran/radiasi, yang
dimaksud radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker
yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi
hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena
pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
(Karten, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Singh
J.,Devi L.: Avoidable factors of maternal mortality Asian medical Journal 22:44-52,2002
Klein
M.L.,Karten J.: Maternal deaths : Cancer take a part of our live.A.J.O.G.110 :
298-302,2003
Van
de Velde C.J.H., Bosman F.T., Wagener D.J.Th., 1999, Onkologi Kedokteran, Panitia Kanker RSUP dr. Sardjito,Yogyakarta.
Hlm,467-492
Handoyo.
2005. Pengetahuan Mengenai Kanker. Bina Pustaka. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar