BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan
kontrasepsi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu :
1. Tujuan
umum:
a.
Pemberian dukungan dan
.pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.
2. Tujuan pokok:
a.
Penurunan angka kelahiran yang
bermakna.
Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan
tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:
1.
Fase menunda perkawinan / kesuburan.
2.
Fase menjarangkan kehamilan.
3.
Fase menghentikan / mengakhiri
kehamilan / kesuburan.
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak
akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua.
2.1.1 Fase Menunda / Mencegah Kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia isteri kurang dari 20
tahun dianjurkan.untuk menunda kehamilannya.
Alasan
menunda / mencegah kehamilan:
1.
Umur dibawah 20 tahun adalah
usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.
2.
Prioritas penggunaan
kontrasepsi Pil oral, karena peserta masih muda.
3. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih
tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
4. Pengggunaan IUD - Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini
dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra - indikasi terhadap
Pil oral.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
1.
Reversibilitas yang tinggi,
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena pada masa ini
peserta belum mempunyai anak.
2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan risiko – tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.
2.1.2 Fase Menjarangkan Kehamilan
Periode usia isteri antara 20 – 30 / 35 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara
kelahiran adalah 2 - 4 tahun. Ini dikenal sebagai Catur warga.
Alasan menjarangkan kehamilan:
- Umur
antara 20 - 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan.
- Segera setelah anak pertama
lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama.
- Kegagalan
yang.menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun di sini tidak / kurang
berbahaya karena yang bersangkutan ber ada
pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.
- Di sini kegagalan kontrasepsi
bukanlah kegagalan program.
Ciri-ciri
kontrasepsi yang diperlukan:
- Efektivitas cukup tinggi.
- Reversibilitas cukup tinggi
karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.
- Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu
sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.
- Tidak
menghambat air susu ibu ( ASI ), karena ASI adalah makanan terbaik untuk
bayi sampai umur 2 tahun dan akan mem pengaruhi
angka kesakitan dan kematian anak.
2.1.3 Fase Menghentikan / Mengakhiri Kehamilan / Kesuburan
Periode umur isteri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan
mengakhiri kesuburan:
1.
Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun
dianjurkan untuk tidak hami1 / tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan
alasan lainnya.
2.
Pilihan utama adalah
kontrasepsi mantap.
3.
Pil oral kurang dianjurkan
karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat
sampingan dan komplikasi.
Ciri-ciri
kontrasepsi yang diperlukan:
1.
Efektivitas sangat tinggi.
Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan
anak, disamping itu akseptor tersebut memang tidak mengharapkan punya anak
lagi.
2.
Dapat dipakai untuk jangka
panjang.
3.
Tidak menambah kelainan yang
sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi,
keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak
diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut.
2.2 Memilih Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang
baik ialah:
- Aman / tidak berbahaya.
- Dapat diandalkan.
- Sederhana, sedapat - dapatnya
tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter.
4.
Murah.
- Dapat diterima oleh orang
banyak.
- Pemakaian jangka lama ( continuation
rate tinggi ).
Kita ketahui bahwa sampai saat ini belumlah tersedia satu metode
kontrasepsi yang benar - benar 100% ideal / sempurna.
Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi
umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket, di mana
calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya.
Faktor - faktor
dalam memilih metode kontrasepsi :
1.
Faktor pasangan - Motivasi dan
Rehabilitas:
Ø Umur.
Ø Gaya hidup.
Ø Frekuensi senggama.
Ø Jumlah keluarga yang diinginkan.
Ø Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu.
Ø Sikap kewanitaan.
Ø Sikap kepriaan.
2.
Faktor kesehatan - Kontraindikasi
absolut atau relatif :
Ø Status kesehatan.
Ø Riwayat haid.
Ø Riwayat keluarga.
Ø Pemeriksaan fisik.
Ø Pemeriksaan panggul.
3.
Faktor metode kontrasepsi - Penerimaan
dan pemakaian berkesinambungan :
Ø Efektivitas.
Ø Efek samping minor.
Ø Kerugian.
Ø Komplikasi - komplikasi yang potensial.
Ø Biaya.
Dalam hal
memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua sudut:
1.
Pihak calon akseptor.
2.
Pihak medis / petugas KB.
2.2.1 Pihak Calon Akseptor
Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100%
sempurna, maka ada 2 hal yang sangat penting yang ingin diketahui oleh pasangan
calon akseptor, yaitu:
2.2.1.1 Efektivitas.
2.2.1.2 Keamanan.
2.2.1.1 Efektivitas
Petugas
KB sering mendapatkan pertanyaan - pertanyaan sebagai berikut:
- "Apakah metode ini benar -
benar ampuh?"
- "Metode apa yang paling
efektif?"
- "Metode apa yang paling
efektif untuk saya?"
- "Apakah saya dapat menjadi
hamil bila telah ikut KB?"
Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secara
pasti untuk setiap individu wanita, dianggap paling baik untuk menjawabnya
dengan dua cara:
1.
Angka kegagalan bagi pasangan
suami-isteri yangmemakai metode kontrasepsi secara konsisten dan benar ( theoretical atau biological
effectiveness ), kegagalan cara (kegagalan metode) (Method failure).
- Angka kegagalan bagi pasangan
suami - isteri dalam kondisi kehidupan sehari – hari atau sebenarnya (
use effectivenes s), kegagalan pemakai ( User failure ).
2.2.1.2 Keamanan
Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka
semua kontrasepsi juga menimbulkan resiko tertentu pada pemakainya, yaitu :
- Risiko yang berhubungan dengan
metode itu sendiri, misalnya kematian, hospitalisasi, histerektomi,
infeksi dan lain-lain.
- Adanya
risikoyang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan ( inconvenience ), misalnya
senggama menjadi kurang / tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan
lain-lain.
2.2.2 Pihak Medis / Petugas KB
Di samping kedua hal tersebut di atas , untuk pihak medis / petugas
KB masih ada hal - hal lain yang penting dan perlu dipertimbangkan, yaitu:
2.2.2.1 Dalam upaya melindungi kesuburan / fertilitas
dari akseptor
- PH-oral yang mempunyai efek
protektif terhadap Pelvic Inflammatory Disease, sehingga mungkin merupakan
kontrasepsi yang ideal untuk wanita yang untuk beberapa tahun ingin aktif secara seksual
sebelum mengandung / hamil.
- IUD yang menyebabkan risiko Pelvic
Inflammatory Disease lebih tinggi ( 1,5 - 5 x ), merupakan pilihan yang paling tidak
menarik untuk seorang wanita yang masih menginginkan anak di kemudian
hari.
- Meskipun sekarang dengan metode
Bedah - mikro, kontap pada pria maupun wanita dapat dipulihkan kembali, haruslah
ditekankan bahwa metode kontap ini dianggap sebagai metode yang permanen.
2.2.2.2 Keuntungan Non - Kontraseptif
Perlu disadari pula oleh petugas KB dan akseptor akan keuntungan - keuntungan
Non - kontraseptif dari metode kontrasepsi tertentu, seperti:
- Efek terapeutik dari PH - oral
untuk wanita dengan Kista ovarium ( Polikistik, Fungsional ) atau penyakit payudara
fibrokistik.
- Efek protektif dari Pil - oral,
Kondom dan Spermisid terhadap Pelvic Inflammatory Disease ( PID ).
2.2.2.3 Kontra - Indikasi
Yaitu suatu kondisi medis yang menyebabkan suatu bentuk pengobatan
yang seharusnya disarankan / dilakukan,
tidak dianjurkan atau tidak aman.
Dikenal
tiga macarn kontra - indikasi :
- Absolut : Jangan memakai.
- Relatif kuat : Dianjurkan
untuk tidak memakai.
- Relatif lainnya : Dapat
dicoba asal diawasi dengan ketat.
2.2.2.4 Tanda - tanda Bahaya
Calon akseptor harus diberitahu / diajarkan tanda - tanda bahaya
dari metode kontrasepsi yang sedang dipertimbangkan olehnya terutarna untuk
calon akseptor Pil - oral dan IUD.
- Tanda - tanda bahaya Pil - oral:
Ø Sakit perut yang hebat.
Ø
Sakit dada yang hebat atau
"nafas pendek".
Ø Sakit kepala yang hebat.
Ø Keluhan mata seperti penglihatan kabur atau tidak dapat meIihat.
Ø Sakit tungkai bawah yang hebat ( betis atau paha ).
- Tanda - tanda
bahaya IUD:
Ø Terlambat haid / amenore.
Ø Sakit perut.
Ø Demain tinggi, menggigil.
Ø Keputihan yang sangat banyak / sangat berbau.
Ø Spotting, perdarahan per - vaginam, haid yang banyak, bekuan - bekuan
darah.
3. Tanda - tanda bahaya Suntikan:
Ø Pertambahan berat badan yang menyolok.
Ø Sakit kepala yang hebat.
Ø Perdarahan per - vaginam yang banyak.
Ø Depresi.
Ø Polyuri.
2.2.2.5 Menghindari
Pendekatan "PoIi - Farmasi"
Apakah anda memberi:
1.
Diuretika untuk akseptor Pil - oral
yang kemudian menderita Hipertensi?
2.
Obat - obat penekan nafsu makan
untuk akseptor Pil – oral yang berat badannya bertambah 10 kg?
- Obat analgetika untuk akseptor
Pil - oral dengan sakit kepala Migraine?
- Mengobati PID sambiI membiarkan
IUD in - utero?
Tindakan terbaik adalah menghentikan kontrasepsi yang menyebabkan
kelainan, daripada meIindungi penyebabnya dengan jalan memberikan lebih banyak
obat - obat lainnya.
2.2.2.6 Kerjasama antara
Suami - Isteri
Metode - metode kontrasepsi tertentu tidak dapat dipakai
tanpa kerjasama pihak suami, misalnya
Coitus interruptus, Kondom, Spermisid.
Metode Fertility Awareness atau metode "kesadaran akan
fertilitas" membutuhkan kerjasama dan saling percaya mempercayai antara
pasangan suami - isteri. Dilain pihak, IUD, Pil - oral, Suntikan kadang -
kadang digunakan oleh pihak isteri tanpa sepengetahuan atau dukungan suami.
Keadaan yang paling ideal adalah bahwa isteri dan suami harus bersama – sama :
1.
Memilih metode kontrasepsi
terbaik. .
- Saling kerja - sama dalam
pemakaian kontrasepsi.
- Membiayai pengeluaran untuk
kontrasepsi.
- Memperhatikan tanda - tanda
bahaya pemakaian kontrasepsi.
2.3 Macam – macam Metode Kontrasepsi
2.3.1 Metode Sederhana
- Tanpa
Alat
a.
KB Alamiah :
Ø Metode Kalender ( Ogino – Knaus ).
Ø Metode Suhu Badan Basal ( Termal ).
Ø Metode Lendir Serviks ( Billings
).
Ø Metode Simpto - Termal.
b.
Coitus interruptus.
- Dengan Alat
a. Mekanis ( Barrier )
Ø Kondom pria.
Ø Barier Intra - vaginal:
- Diafragma.
- Kap Serviks ( Cervical cap).
- Spons ( Sponge ).
- Kondom Wanita.
b.
Kimiawi
Ø Spermisid
- Vaginal cream.
- Vaginal foam.
- Vaginal jelly.
- Vaginal suppositoria.
- Vaginal tablet ( busa )
- Vaginal soluble film.
2.3.2 Metode Modern
1.
Kontrasepsi Hormonal
a.
Per – oral :
Ø Pil Oral Kombinasi ( POK ).
Ø Mini – pil.
Ø Morning – after pil.l
b.
Injeksi / Suntikan
(
DMPA, NET - EN, Microspheres, Microcapsules ).
c.
Sub - kutis: Implant
(
Alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK ):
ØImplant
Non – biodegradable ( Norplant, Norplant - 2, S T-
1435, Implanon ).
ØImplant biodegradable ( Capronor, Pellets)
2. Intra Uterine Devices ( lUD, AKDR ).
3. Kontrasepsi mantap
a.
Pada Wanita
Ø Penyinaran :
- Radiasi
Sinar - X, Radium, Cobalt dan lain-lain.
- Sinar Laser.
Ø Operatif, Medis Operatif Wanita
:
- Ligasi tuba fallopii.
- Elektro - koagulasi tuba fallopii.
- Fimbriektomi.
- Salpingektomi.
- Ovarektomi bilateral.
- Histerektomi.
- Fimbriotexy ( Fimbrial Cap ).
- Ovariotexy.
Ø Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Mekanis :
1. Penjepitan Tuba Fallopii :
- Hemoclip.
- Tubal band / Falope
Ring / Yoon band.
- Spring - loaded clip.
- Filshie clip.
2. Solid Plugs ( Intra Tubal Devices ) :
- Solid Silastic Intra - tubal
Device.
- Polyethylene Plug
- Ceramic dan Proplast
Plugs
- Dacron dan Teflon Plugs
Ø Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Kimiawi :
- Phenol ( Carbolic acid ) compounds.
- Quinacrine.
- Methyl – 2 - cyanoacrylate ( MCA ).
- Ag - nitrat
- Gelatin – Resorcinol - Formaldehyde ( GRF
).
- Ovabloc.
b.
Pada Pria
Ø Operatif medis operatif pria :
- Vasektomi
/ Vasektomi tanpa pisau ( VTP ).
Ø Penyumbatan vas defe1"ens secara m:ekams:
- Penjepitan vas deferens : Vaso - clips.
- Plugs.
- Intra Vas Devices: Intra Vasal Thread ( IVT
), Reversible Intravas Device ( R – IVD ), Shug.
- Vas Valves : Phaser ( Bionyx Control ), Reversible
Intra vasal Occlusive Devices (RIOD ).
Ø
Penyumbatan vas deferens secara kimiawi :
- Quinacrine.
- Ethanol.
- Ag – nitrat.
2.4
Metode Kontrasepsi yang Sering Dipakai
2.4.1 Kondom Kondom merupakan selubung / sarung
karet yang terbuat dari lateks ( karet ) atau plastik ( vinil ), yang dipasang
pada penis saat hubugan seksual.
Ø Cara Kerja :
- Menghalangi
terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas diujung
selubung karet yang di pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
- Mencegah
penularan mikroorganisme ( IMS termasuk HBV, dan HIV / AIDS ) dari satu
pasangan kepada pasangan yang lain ( khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vinil ).
Ø Efektifitas :
Kondom cukup efektif bila
dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual.
- Secara ilmiah ( Theoretical
effectivenes ) yaitu : 98%
- Efektifitas pemakaian ( Use
effectiveness ) yaitu : 85 % (tergantung kedisiplinan klien).
Ø Manfaat :
- Efektif bila digunakan secara benar dan konsisten.
- Tidak mempunyai pengaruh
sistemik.
- Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi
lainnya harus ditunda.
- Memberi dorongan kepada suami
untuk ikut ber – KB.
- Dapat mencegah penularan IMS.
- Mencegah ejakulasi dini.
- Membantu mencegah terjadinya
kanker serviks ( mengurangi iritasi bahan karsinogenik endogen pada
serviks ).
- Tidak mengganggu produksi ASI.
- Saling interaksi sesama pasangan.
- Murah dan dapat ditemukan
secara umum.
- Tidak perlu resep dokter atau
pemeriksaan kesehatan khusus.
- Sebagai terapi infertilitas.
Ø Keterbatasan
- Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
- Mengurangi sensitivitas seksual.
- Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
- Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
- Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
- Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah.
Ø Efek samping atau masalah
- Alergi terhadap lateks atau pelumas atau spermisida yang
dipakai atau ada di kondom.
- Kondom rusak atau diperkirakan bocor ( sebelum berhubungan ).
- Kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat
berhubungan.
- Mengurangi kenikmatan seksual.
2.4.2 Pil
Pil yang mengandung
hormon estrogen dan progesterone ( pil kombinasi ) atau progesterone saja yang
diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari.
Ø Cara kerja
- Menekan ovulasi.
- Lendir serviks mengental sehingga sulit untuk
dilalui oleh sperma.
- Mencegah sel telur sudah
dibuahi menempel pada dinding rahim ( implantasi ).
- Pergerakan tuba terganggu
sehingga perjalanan sel telur dengan sendirinya akan terganggu pula.
Ø Kontraindikasi
- Hamil / dicuragai hamil
- Tidak diminum bagi mereka yang
menderita penyakit : Hati, tumor, jantung, varises, darah tinggi > 180
/ 110 mmHg, kanker payudara, perokok dengan usia > 35 tahun, stroke,
atau dicuragai kanker, kencing manis > 20 tahun, gangguan pembukaan
darah.
- Perdarahan vagina yang tidak
diketahui penyebabnya.
- Migrain / sakit kepala sebalah.
Ø Keberhasilan / Efektifitas
- Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu
99, 7 %.
- Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) 92 % (
terutama tergantung kedisiplinan klien ).
Ø Manfaat
- Kesuburan segera kembali
setelah penggunaan dihentikan.
- Mengurangi rasa kejang / nyeri
perut saat haid.
- Terlindung dari penyakit radang
panggul dan kehamilan diluar rahim.
- Mudah menggunakannya dan
dihentikan setiap saat.
- Siklus haid jadi teratur,
banyaknya darah haid berkurang ( mencegah anemia ).
- Mengurangi resiko kanker ovarium.
- Cocok digunakan untuk menunda
kehamilan dari pasangan muda.
- Produksi ASI tidak dipengaruhi
oleh fit yang hanya mengandung progesteron ( Pil Mini : excluton ).
Ø Keterbatasan
- Pemakai harus disiplin meminum
pil setiap hari. Jika tidak kemungkinan hamil tinggi.
- Dapat mengurangi produksi ASI
untuk pil yang mengandung estrogen dan progesterone ( pil kombinasi ).
- Tidak dapat mencegah IMS, HIV /
AIDS dan HBV.
Ø Efek Samping
- Dapat terjadi bercak – bercak
darah ( spotting ) diantara masa haid pada pemakaian 3 bulan
pertama.
- Amenorhea / tidak haid, pusing,
mual pada minggu pertama pemakaian.
- Air susu berkurang untuk yang
menggunakan pil kombinasi.
- Perubahan berat badan.
- Flek hitam pada muka.
2.4.3 Suntik
Obat
suntik yang berisi hormon progesterone yang disuntikan setiap 2 atau 3 bulan,
atau hormon estrogen dan progesterone yang disuntikkan setiap 1 bulan (
suntikan kombinasi ) pada otot panggul atau lengan atas.
Ø Cara kerja
- Menekan ovulasi.
- Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga penetrasi sperma
terganggu.
- Menipiskan endometrium / selaput lendir sehingga tidak siap untuk
kehamilan.
- Menghambat transportasi sel
telur yang telah dibuahi ( gamet ) oleh tuba.
Ø Kontraindikasi
- Hamil / diduga hamil.
- Perdarahan vagina yang belum diketahui sebabnya.
- Riwayat kanker payudara.
- Menderita penyakit jantung, hepatitis, darah tinggi, kencing
manis.
- Sedang menyusui bayi kurang dari 6 minggu ( setelah melahirkan ).
- Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala.
- Wanita usia 35 tahun yang merokok.
Ø Keberhasilan / efektifitas
- Secara ilmiah ( Theoretical
effectiveness ) yaitu 99,7 %
- Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) 97 %
Ø Keuntungan
- Aman, efek samping kecil,
jangka panjang.
- Tidak mempengaruhi ASI, cocok
untuk ibu menyusui.
- Tidak berpengaruh pada hubungan
suami istri.
4.
Mengurangi jumlah perdarahan
saat haid, nyeri haid. .
5.
Mencegah anemia, penyakit
payudara jinak, kista ovarium, kehamilan ektopik dan melindungi dari penyakit
radang panggul.
Ø Keterbatasan
- Kembalinya
kesuburan agak terlambat ( 4 – 6 bulan ).
- Harus
kembali ke tempat pelayanan.
- Tidak dapat mencegah IMS, HIV,
dan HBV
- Efek samping serius dapat
timbul seperti serangan jantung, stroke, tumor hati, bekuan darah pada
paru dan otak.
Ø Efek samping
- Pusing, mual ( jarang terjadi ).
- Menstruasi kadang tidak keluar selama 3 bulan pertama.
- Kadang perdarahan lebih banyak pada saat menstruasi.
- Penambahan berat badan.
2.4.4 AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari
plastik kecil fleksibel yang dililit kawat tembaga halus dan waktu
penggunaannya 10 tahun ( CuT – 380 A ).
Ø Cara Kerja
- Menghambat kemampuan spermatozoa
untuk masuk ke dalam saluran tuba.
- Mempengaruhi fertilisasi
sebelum ovum mencapai cavum uteri.
- Mencegah sperma dan ovum
bertemu.
- Memungkinkan untuk mencegah
implantasi ovum ke uterus.
Ø Kontraindikasi
- Hamil atau diduga hamil.
- Gangguan perdarahan yang tidak
diketahui ( sampai dapat dievaluasi ).
- Infeksi alat kelamin.
- Tiga bulan terakhir sedang
mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
Ø Keuntungan
- Praktis dan ekonomis
- Efektifitas tinggi secara ilmiah
98, 5 % - 99, 9 %, efektivitas pemakaian 98 % - 99, 9 % AKDR dapat efektif
segera setelah pemasangan.
- Kesuburan segera kembali jika
dibuka.
- Tidak harus mengingat seperti
kontrasepsi pil.
- Tidak mempengaruhi produksi
ASI.
- Tidak mempengaruhi hubungan
seksual.
- Meningkatkan kenyamanan seksual
karena tidak perlu takut hamil.
- Dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah abortus ( apabila tidak terjadi infeksi ).
- Tidak ada interaksi dengan obat
– obat.
- Membantu mencegah kehamilan
ektopik.
Ø Keterbatasan
- Tidak mencegah IMS, HIV / AIDS
- Penyakit Radang Panggul ( PRP )
terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu
infertilitas.
- Prosedur medis, termasuk
pemeriksaan panggul diperlukan dalam pemasangan AKDR.
- Sedikit nyeri dan perdarahan ( spotting
) terjadi setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 2 - 3 hari.
- Klien tidak dapat melepas AKDR
sendiri dan harus dilakukan oleh provider terlatih.
- Kadang - kadang AKDR dapat
keluar dari uterus tanpa diketahui. Angka ekspulsi tinggi pada pemasangan
segera atau selama 48 jam pasca persalinan.
- Ibu harus memeriksa posisi benang
AKDR dari waktu ke waktu. Untuk rnelakukan ini ibu harus memasukkan
jarinya ke dalam vagina, sebagian ibu tidak mau melakukan ini.
- Terjadinya komplikasi seperti
merasakan sakit dan kejang selama 3 - 5 hari pemasangan, perdarahan berat
pada waktu haid atau diantaranya, perforasi dinding uterus ( sangat jarang
apabila pemasangannya benar ).
Ø Cara Penggunaan
- Setiap waktu dalam siklus haid,
yang dapat dipastikan klien tidak harnil.
- Hari pertama sampai ke - 7
siklus haid.
- Segera setelah plasenta lahir
dengan tenggang waktu 10 menit, selama 48 jam pertama atau 6 minggu pasca persalinan,
setelah 6 bulan apabila rnenggunakan rnetode amenorhea laktasi ( MAL ).
- Setelah menderita abortus (
segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak ada gejala infeksi.
- Selama 1 sampai 5 hari setelah
senggama yang tidak dilindungi.
Ø Efek samping / masalah
- Keluar bercak - bercak darah
setelah 1 - 2 hari pemasangan.
- Perubahan siklus haid, haid
lebih lama dan banyak serta nyeri.
Ø Komplikasi
- Merasakan sakit / kejang
setelah 3 – 5 hari pemasangan.
- Perdarahan berat waktu haid
yang mengakibatkan anemia.
2.4.5 AKBK ( Alat Kontrasepsi Bawah Kulit ) / Implant
Satu, dua atau enam batang silastik ( sebesar batang korek api )
yang berisi hormone progesterone dimasukkan di bawah kulit lengan atas. Implant
satu dan dua batang dapat digunakan selama 3 tahun, sedangkan yang enam batang dapat
digunakan selama 5 tahun.
Ø Cara kerja
Hormon progesterone yang terdapat pada
batang implant dilepaskan secara perlahan sehingga menyebabkan :
- Menekan ovulasi.
- Lendir serviks menjadi kental
sehingga perjalanan sperma terhambat.
- Mengganggu proses pembentukan
lapisan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
Ø Kontraindikasi
- Hamil atau diduga hamil.
- Ibu yang sedang menyusui kurang
dari 6 minggu pasca persalinan.
- Perdarahan vagina yang belum jelas sebabnya.
- Benjolan / kanker payudara atau
riwayat kanker payudara.
- Yang tidak dapat menerima
perubahan pola haid yang terjadi.
- Penyakit Mioma uteri dan kanker
payudara.
- Penyakit dengan gangguan
toleransi glukosa.
- Penyakit hati, stroke, jantung,
yang menggunakan obat untuk epilepsi / TBC.
Ø Tingkat keberhasilan /
efektifitas
- Secara iIrniah ( Theoretical effectiveness ) yaitu
99, 95 %.
- Efektifitas pemakaian (Use
effectiveness) yaitu 99, 95 %.
Ø Keuntungan
- Tidak menekan produksi ASI.
- Praktis, efektif dan daya guna
tinggi.
- Masa pakai jangka panjang ( 3
atau 5 tahun).
- Kesuburan cepat kembali setelah
pencabutan.
- Bebas dari pengaruh estrogen.
- Klien hanya perlu ke provider
bila ada kebutuhan.
- Dapat dicabut setiap saat
sesuai dengan kebutuhan.
- Mengurangi nyeri haid.
- Mengurangi jumlah darah haid.
- Mengurangi / memperbaiki anemia.
- Melindungi terjadinya kanker
endometrium.
- Menurunkan angka kejadian
kelainan jinak payudara.
- Melindungi diri dari beberapa
penyebab penyakit radang panggul.
- Menurunkan angka kejadian
endometriosis.
Ø Keterbatasan
- Perubahan pola haid, meningkatnya
jumlah darah haid atau tidak haid
- Timbul keluhan seperti nyeri
kepala, berat badan naik, mual, pusing.
- Perubahan perasaan ( mood ).
- Membutuhkan tindakan bedah
minor untuk pemasangan dan pencabutan.
- Tidak melindungi terhadap IMS
dan HIV serta HBV.
- Efektifitasnya menurun bila
menggunakan obat - obat TBC ( rifamspisin ) atau obat epilepsi ( fenitoin
dan barbiturat ).
Ø Cara penggunaan
- Setiap saat selama siklus haid
hari ke 2 sampai hari ke 7.
- Setiap saat asal diyakini tidak
sedang hamil.
- Bila sedang menyusui, boleh
dipasang setelah 6 minggu pasca persalinan atau telah datang haid.
- Segera setelah keguguran.
- Bila klien ingin ganti cara
baik setelah pemakaian kontrasepsi hormonal maupun non hormonal dan
dipastikan tidak sedang hamil.
Ø Efek samping
- Amenorhea / tidak haid.
- Perdarahan bercak ringan atau
spotting.
- Ekspulsi ( lepasnya batang
implant dari tempat pemasangan ).
- Infeksi pada daerah pemasangan.
- Perubahan berat badan.
2.4.6 Tubektomi
Prosedur bedah secara sukarela atau
alasan medis untuk menghentikan kesuburan ( fertilitas ) seorang wanita.
Ø Cara kerja
Menghambat perjalanan sel telur wanita sehingga tidak dapat dibuahi
oleh sperma.
Ø Kontraindikasi
- Hamil atau diduga hamil.
- Penyakit jantung, paru, infeksi
akut.
- Perdarahan pervaginam yang
tidak diketahui penyebabnya.
- Tidak boleh menjalani proses
pembedahan.
- Masih menginginkan anak lagi.
- Belum memberikan persetujuan
secara tertulis.
Ø Keberhasilan
- Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 5 %
- Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) yaitu 99, 5 %
Ø Manfaat
- Efektivitas langsung setelah
sterilisasi.
- Tidak ada efek samping dalam jangka
panjang.
- Tidak menggangu hubungan
seksual.
- Mengurangi resiko kanker
ovarium.
Ø Keterbatasan
- Resiko dan efek samping bedah
tetap ada.
- Tidak melindungi dari IMS / HIV
dan HBV.
2.5 Pelayanan Rujukan
2.5.1 Pengertian dan
Tujuan Rujukan KB
Rujukan Keluarga Berencana (KB) adalah pelimpahan kasus kontrasepsi
dari tempat pelayanan yang tidak mampu ke tempat pelayanan yang lebih baik dan
mampu rnelaksanakan, mengatasi kasus tersebut.
Tujuan sistem rujukan adalah meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian
khusus terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek
samping, komplikasi, dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
Sistem rujukan upaya kesehatan
adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang
timbul, baik secara vertikal maupun secara horizontal kepada fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional.
2.5.2 Kasus Kontrasepsi yang Dirujuk
- Calon peserta KB yang baru akan
menggunakan alat kontrasepsi.
- Peserta KB yang akan mengganti
cara ke kontrasepsi yang lainnya.
- Peserta KB yang mengalami kasus
dari pemakaian kontrasepsi. Misalnya : kegagalan dari pemakaian alat
kontrasepsi.
- Pemeriksaan ulangan dari
kontrasepsi yang dipakainya. Misalnya : pemeriksaan letak IUD atau
Implant.
2.5.3 Tempat Pelayanan Rujukan
Tempat pelayanan
rujukan KE, dilaksanakan sesuai dengan kasus yang dirujuk, antara lain :
- Bagi calon peserta KB baru yang
akan menggunakan cara kontrasepsi tertentu antara lain:
Ø Calon peserta KB yang akan ber KB dengan metode Medis Operatif (
Pria / Wanita ) atau peserta KB yang akan ganti cara ke metode Medis Operatif
dapat dirujuk ke Puskesmas yang mampu melaksanakan Metode Operatif atau ke
Rumah Sakit pemerintah maupun Rmnah Sakit Swasta.
Ø Calon peserta KB yang akan ber KB dengan metode kontrasepsi IUD,
Implant, Suntikan dan Pil atau peserta KB yang akan ganti cara ke metode
tersebut dapat dirujuk ke Polindes ( Pondok Bersalin Desa ), Puskesmas atau
dokter / bidan praktek swasta.
- Peserta KB yang mengalami kasus
dari pemakaian alat – alat kontrasepsi, misalnya kegagalan dan komplikasi
dapat dirujuk ke Polindes, Puskesmas, Dokter / Bidan praktek swasta dan
Rumah Sakit pemerintah atau swasta.
- Pemeriksaan
ulangan dari alat kontrasepsi yang dipakai misalnya : IUD, Implant dapat
dirujuk ke Polindes, Puskesmas, Dokter / Bidan praktek swasta dan Rumah
Sakit pemerintah atau swasta.
2.5.4 Siapakah yang dapat melakukan
rujukan ?
- Pada
tingkat dusun, dapat dirujuk oleh Kader / PPKBD ke Bidan di desa (
Polindes ) atau Puskesmas pembantu.
- Pada
tingkat desa, dapat dirujuk oleh Bidan di desa ( PLKB ) ke Puskesmas,
Dokter dan Dokter praktek swasta.
- Pada
tingkat kecamatan, dapat dirujuk oleh Bidan / Dokter praktek swasta,
Kepala Puskesmas ke Rumah Sakit pemerintah atau swasta.
2.5.5 Tata Laksana .
Rujukan Medik dapat
berlangsung :
1.
Internal antara petugas di satu
Puskesmas.
2.
Antara Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas.
3.
Antara masyarakat dan Puskesmas.
4.
Antara satu Puskesmas dan
Puskesmas yang lain.
5.
Antara Puskesmas dan Rumah
Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
6.
Internal antara bagian / unit
pelayanan di dalam satu rumah sakit.
7.
Antar Rumah Sakit, laboratorium
atau fasilitas pelayanan lain dan Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas
pelayanan yang lain.
Rangkaian
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan tersebut berjenjang
dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas
pelayanan kesehatan nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara
timbal balik ke satuan fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan
rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.
Rujukan bukan
berarti melepaskan tanggung jawab dengan
menyerahkan klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena
kondisi klien yang mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan.
Untuk itu dalam
melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan :
1.
Konseling tentang kondisi klien
yang menyebabkan perlu dirujuk.
2.
Konseling tentang kondisi yang
diharapkan diperoleh di tempat rujukan.
3.
Informasi tentang fasilitas
pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju.
4.
Pengantar tertulis kepada
fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat ini dan riwayat
sebelumnya serta upaya / tindakan yang telah diberikan.
5.
Bila perlu, berikan upaya
mempertahankan keadaan umun klien.
6.
Bila perlu, karena kondisi
klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus didampingi perawat / Bidan.
7.
Menghubungi fasilitas pelayanan
tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera menerima rujukan klien.
Fasilitas pelayanan
kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya penanggulangan dan kondisi
klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien ke tempat fasilitas
pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan :
1.
Konseling tentang kondisi klien
sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan.
2.
Nasehat yang perlu diperhatikan
klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi.
3.
Pengantar tertulis kepada
fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien berikut upaya
penanggulangan yang telah diberikan serta saran – saran upaya pelayanan
lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin,
Abdul Bari, Prof. dr. SpOG.
MPH. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. YBPSP. Jakarta.
2003
Hartanto, Hanafi, dr. Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 2003
- www.depkes.go.id/pelayanankb/rujukan/2007
- www.medicastore.com/kontrasepsi/2008