Rabu, 19 Desember 2012

Self Esteem



SELF ESTEEM

Berhenti Membandingkan diri dengan orang lain
            Ingat bahwa semua orang berbeda. Jika kamu mulai membuat perbandingan dengan setiap orang, kamu akan menyiksa dirimu sendiri dan tak ingin melakukan sesuatu dalam proses.

Berhenti Merendahkan diri sendiri
            Cobalah mengerti nilai – nilai positif diri sendiri sebagai individu. Kamu sangat istimewa dan kamu perlu menyadari hal itu. Jika kamu belum menemukan sesuatu yang menarik dalam dirimu, coba usahakanlah terus. Yakinlah bahwa banyak orang diluar sana yang akan menyukaimu, karena kamu memiliki daya tarik tersendiri.

Buatlah daftar kelebihanmu dan cobalah untuk merealisasikannya
            Fokuskan pada sesuatu yang membuat kamu istimewa atau sesuatu yang membuat orang lain nyaman bersamamu. Mungkin kamu memiliki senyum atau kemampuan yang membuat orang lain tertawa atau mungkin kamu memiliki bakat terpendam yang tidak pernah disadari. Kembangkanlah keistimewaan tersebut.

Lebih banyak melibatkan diri
            Cobalah untuk mencari hobi yang kamu sukai, bergabung dengan klub olahraga atau ikut bekerja sebagai sukarelawan. Manfaatkanlah waktu yang kamu miliki dengan maksimal, lebih banyak waktu yang kamu habiskan pada sesuatu terutama hal – hal yang menstimulus dirimu. Dengan begitu, akan semakin sedikit waktu untuk merendahkan diri sendiri.

Cari lingkungan positif
            Mungkin ada diantara kamu yang tinggal di lingkungan yang kurang baik dan tidak kondusif. Tentu hal itu akan sangat berpengaruh pada dirimu. Jika kamu sadar dan ingin berubah, cobalah untuk bergaul dan mencari lingkungan lain yang lebih baik sehingga dapat membuatmu bahagia, dan yang terpenting adalah meningkatkan rasa percaya dirimu serta semangat hidup.



Plasenta Previa


BAB II
PLASENTA PREVIA

2.1 Definisi
Placenta Previa adalah placenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.( 1 )

Placenta Previa adalah keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ( ostium uteri internal ).( 2 )

Placenta  Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.( 3 )

Placenta Previa adalah placenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.( 4 )

Placenta Previa adalah tertanamnya bagian placenta dalam segmen bawah uterus.( 5 )

Placenta Previa adalah placenta yang implantasinya tidak normal, yaitu rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.( 6 )
           
2.2 Klasifikasi
Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm :
1.      Placenta Previa sentralis ( totalis ), bila pada pembukaan 4 – 5 cm teraba placenta menutupi seluruh ostium.
2.      Placenta Previa lateralis , bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh placenta, dibagi menjadi 2 :
a. Placenta Previa lateralis posterior : bila sebagian menutupi ostium bagian belakang.
b. Plasenta Previa lateralis anterior : bila menutupi ostium bagian depan.
3.      Placenta Previa marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi placenta.( 2 )

Menurut Browne :
  1. Tingkat I : Lateral Placenta Previa, yaitu pinggir bawah placenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
  2. Tingkat II : Marginal Placenta Previa, yaitu placenta mencapai pinggiran pembukaan.
  3. Tingkat III : Complete Placenta Previa, yaitu placenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
  4. Tingkat IV : Central Placenta Previa, yaitu placenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.( 2 )

2.3 Patofisiologi
            Placenta Previa adalah implantasi placenta pada segmen bawah rahim sehingga menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan. Implantasi placenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan :
  1. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
  2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan placenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin.
  3. Vili korealis pada korion leave yang persisten.

Faktor – faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa :
  1. Umur penderita
Ø  Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
Ø  Umur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
  1. Paritas ; pada paritas yang tinggi, kejadian Placenta Previa makin besar karena endometrium belum sempat tumbuh.
  2. Endometrium yang cacat
Ø  Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek.
Ø  Bekas operasi, bekas kuratage, atau manual placenta
Ø  Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip.
Ø  Pada keadaan malnutrisi.( 1 )

2.4 Etiologi
            Placenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jeias dapat diterangkan. Bahwa vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan placenta previa, tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa placenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke placenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, placenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan-lahir.
Menurut Kloosterman (1973), frekuensi placenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun; pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan dengan multipara yang berumur kurang dari 25 tahun.( 3 )

2.5 Gejala Klinik dan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa peme­riksaan:
  1. Anamnesis
Ø  Gejala pertama yang membawa penderita ke dokter atau rumah sakit ialah­ perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (Trimester III).
Ø  Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).
Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang ­- kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur; pagi hari tanpa di­sadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari sebelumnya.
Sebab dari perdarahan ialah karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek karena (a) terbentukhya segmen bawah rahim; (b) terbu­kanya ostium atau oleh manipulasi intravaginal atau rektal. Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung pada besar dan banyaknya pembuluh darah yang robek dan plasenta yang lepas. Biasanya wanita mengatakan banyaknya perdarahan dalam berapa kain sarung, berapa gelas, dan adanya darah-darah beku (stolsel).
  1. Inspeksi
Ø  Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam banyak, sedikit, darah beku, dan sebagainya.
Ø  Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat atau anemis.
  1. Palpasi abdomen
Ø  Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Ø  Sering dijumpai kesalahan letak janin.
Ø  Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya ke­pala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul.
Ø  Bila cukup pengalaman (ahli ), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus.
  1. Pemeriksaan inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati - hati dilihat dari mana asal perda­rahan, apakah dari dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina, varises pecah, dan lain – lain.
5.      Pemeriksaan radio – isotop
Ø  Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography) oleh Steven­son, 1934; yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk men­coba melokalisir plasenta. HasH foto dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
Ø  Sitografi; mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu dimasukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan plasenta previa.
Ø  Plasentografi indirek; yaitu membuat foto seri lateral dan anteropos­terior yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala - simfisis dan kepala - promontorium.
Ø  Arteriografi; dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto dan juga loka­sinya.
Ø  Amniografi; dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu dibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong ( diluar janin ) dalam rongga rahim.
Ø  Radio - isotop plasentografi; dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA ( radioiodinated serum albumin ) secara intravena.
6.      Ultrasonografi
Penentuan lokasi secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
7.      Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam adalah senjata paling ampuh di bidang obstetrik untuk diagnosis plasenta previa.
Walaupun ampuh namun kita harus berhati – hati, karena bahayanya juga sangat besar.
1.      Bahaya pemeriksaan dalam  :
a.       Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat. Hal ini sangat berbahaya bila sebelumnya kita tidak siap dengan pertolongan segera.
b.      Terjadi infeksi.
c.       Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematurus.
2.      Tehnik dan persiapan pemeriksaan dalam :
a.       Pasang infus dan persiapkan donor darah.
b.      Kalau bisa, pemeriksaan dilakukan di kamar bedah, dimana fasilitas operasi segera telah tersedia.
c.       Pemeriksaan dilakukan secara hati – hati dan secara lembut.
d.      Jangan langsung masuk ke kanalis servikalis, tetapi raba dulu bantalan antara jari dan kepala janin pada forniks ( anterior dan posterior ) yang disebut uji forniks ( fornices test ).
e.       Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit – sedikit dan perlahan.
3.      Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum :
a.       Menegakkan diagnosa apakah perdarahan oleh plasenta previa atau sebab – sebab lain.
b.      Menentukan jenis klasifikasi plasenta previa, supaya dapat diambil sikap dan tindakan yang tepat.
4.      Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum :
a.       Perdarahan banyak, lebih dari 500 cc.
b.      Perdarahan yang sudah berulang – ulang ( recurrent )
c.    Perdarahan sekali, banyak, dan Hb di bawah 8 gr%, kecuali bila persediaan darah ada dan keadaan sosial – ekonomi penderita baik.
d.      His telah mulai dan janin sudah dapat hidup di luar rahim ( viable ).( 2 )
2.6 komplikasi
1.      Prolaps tali pusat.
2.      Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan.
3.      Robekan – robekan jalan lahir karena tindakan.
4.      Perdarahan postpartum.
5.      Infeksi karena perdarahan yang banyak.
6.      Bayi prematur atau lahir mati. ( 2 )

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1. Penanganan Pasif
Ø  Perhatian:
Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apa­pun, baik rektal apalagi vaginal (Eastman).
Ø  Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 17 minggu, atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat dan pemberian obat - obatan seperti spasmolitika, progestin, atau pro­gesteron. Observasilah dengan teliti.
Ø  Sambil mengawasi, periksalah golongan darah dan siapkan donor transfusi darah. Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mung­kin supaya janin terhindar dari prematuritas.
Ø  Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa, rujuk segera ke rumah sakit dimana terdapat fasilitas operasi dan transfusi darah.
Ø  Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat – obat penambah darah.

2.7.2 Cara persalinan
Faktor - faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :   .           .
Ø  Jenis plasenta previa.
Ø  Perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang – ulang.
Ø  Keadaan umum ibu hamil.
Ø  Keadaan janin: hidup, gawat, atau meninggal.
Ø  Pembukaan jalan lahir.
Ø  Paritas atau jumlah anak hidup.
Ø  Fasilitas penolong dan rumah sakit.

Setelah memperhatikan faktor – faktor diatas, ada dua pilihan persalinan, yaitu :
A. Persalinan pervaginam
Ø  Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih un­tuk melancarkan persalinan pervaginam. Indikasi amniotomi pada plasen­ta previa:
1.      Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada pembukaan.
2.      Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih.
3.      Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin yang sudah meninggal.
Keuntungan amniotomi adalah (a) bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan berkurang atau berhenti; (b) partus akan berlangsung lebih cepat; dan (c) bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan segmen bawah rahim, sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas. Setelah ketuban dipecahkan berikan oksitosin drips 2,5 - 5 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%.
Bila upaya di atas belum berhasil, ada 2 cara lagi yang dapat dikerjakan terutama di daerah perifer di mana fasilitas operasi tidak ada dan penderita tidak mau dirujuk ke rumah sakit yang ada fasilitas operasinya.

Ø  Memasang cunam Willet Gausz
             Cara:
1.      Kulit kepala janin diklem dengan cunam Willet Gausz.
2.      Cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira-kira 50 - 100 gr atau satu batu bata seperti katrol.
3.      Dengan jalan ini diharapkan perdarahan berhenti dan persalinan diawasi dengan teliti.
Ø  Versi Braxton-Hicks
Versi ini dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau letak kaki, menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol dan diberi beban sebesar 50 – 100 gr ( satu batu bata ).

Ø  Menembus plasenta diikuti dengan versi Braxton-Hicks atau Willet Gausz.­
Hal ini sekarang tidak dilakukan lagi karena bahaya perdarahan yang banyak. Menembus plasenta dilakukan pada plasenta previa sentraIis.

Ø  Metreurynter
Yaitu memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tam­pon, cara ini sekarang tidak dipakai lagi.

B. Persalinan perabdominam, dengan seksio sesarea.
    Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa:
Ø  Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal;  semua pla­senta previa lateralis, posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara - cara yang ada.
Ø  Semoa plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara - cara yang ada.
Ø  Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan-tindakan yang ada.
Ø  Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.

2.7.3. Penanganan plasenta previa lateralis dan marginalis
Ø  Lakukan amniotomi.
Ø  Berikan oksitosin (pituitrin, pitosin, sintosinon) tiap setengah jam 2,5 satuan atau perinfus drips.
Ø  Bila dengan amniotomi perdarahan belum berhenti dilakukan cunam Willet Gausz atau versi Braxton Hicks.
Ø  Bila semua ini belum berhasil untuk menghentikan perdarahan, bila janin masih hidup lakukan seksio sesarea.
Ø  Pada plasenta previa lateralis posterior dan plasenta previa lateralis yang bagian besarnya menutupi ostium (grote lap), sering langsung dilakukan seksio sesarea, karena secara anatomis dengan cara di atas perdarahan agak sukar dikontrol.

2.7.4. Penanganan plasenta previa sentralis (totalis)
Ø  Untuk menghindari perdarahan yang banyak maka pada plasenta previa sentralis dengan janin hidup atau meninggal, tindakan yang paling baik adalah seksio sesarea.
Ø  Walaupun tidak pernah dikerjakan lagi, namun untuk diketahui, pada janin mati, di daerah pedesaan dapat dilakukan penembusan plasenta, kemudian dilakukan cunam Willet Gausz atau versi Braxton-Hicks untuk meiahirkan janin. ( 2 )

2.8 Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kemataian ibu karena plasenta previa rendah sekali, atau tidak sama sekali Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal berangsur – angsur dapat diperbaiki. ( 3 )
Karena dahulu penanganan relatif  bersifat konservatif, maka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8 – 10 % dan mortalitas janin 50 – 80 %.
Sekarang penanganan relatif  bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1 - 5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi , emboli udara, dan trauma karena tindak­an. Kematian perinatal juga turun menjadi 7 – 25 % terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan (tindakan). ( 2 )



DAFTAR PUSTAKA

  1. Manuaba, Ida Bagus Gde, Prof. dr. SpOG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. 1998
  2. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. EGC. Jakarta. 1998
  3. Prawirihardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. YBP – SP. Jakarta. 2002
  4. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. DEPKES RI. Jakarta. 2002
  5. Taber, Ben – Zior, M. D. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta. 1994
  6. Tim Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. Obstetri Fisiologi. Elemen. Bandung. 1983
  7. http://www.yanmedik-depkes.net/statistik_rs_2007/seri3/narasi/15.doc.





Pelayanan KB


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu :
1. Tujuan umum:
a.       Pemberian dukungan dan .pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.
            2. Tujuan pokok:
a.       Penurunan angka kelahiran yang bermakna.

Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:
1.      Fase menunda perkawinan / kesuburan.
2.      Fase menjarangkan kehamilan.
3.      Fase menghentikan / mengakhiri kehamilan / kesuburan.
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua.

2.1.1 Fase Menunda / Mencegah Kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia isteri kurang dari 20 tahun dianjurkan.untuk menunda kehamilannya.
Alasan menunda / mencegah kehamilan:
1.      Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.
2.      Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil oral, karena peserta masih muda.
3.      Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
4.      Pengggunaan IUD - Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra - indikasi terhadap Pil oral.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
1.      Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
2.      Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko – tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.

2.1.2 Fase Menjarangkan Kehamilan
Periode usia isteri antara 20 – 30 / 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 - 4 tahun. Ini dikenal sebagai Catur warga.
Alasan menjarangkan kehamilan:
  1. Umur antara 20 - 30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
  2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk me­makai IUD sebagai pilihan utama.
  3. Kegagalan yang.menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun di sini tidak / kurang berbahaya karena yang bersangkutan ber ada pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.
  4. Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
  1. Efektivitas cukup tinggi.
  2. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.
  3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.
  4. Tidak menghambat air susu ibu ( ASI ), karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mem pengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.



2.1.3 Fase Menghentikan / Mengakhiri Kehamilan / Kesuburan
Periode umur isteri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan:
1.      Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hami1 / tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.
2.      Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
3.      Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan kom­plikasi.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:
1.       Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak, disamping itu akseptor tersebut memang tidak mengharapkan punya anak lagi.
2.       Dapat dipakai untuk jangka panjang.
3.       Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya ti­dak diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut.

2.2 Memilih Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik ialah:
  1. Aman / tidak berbahaya.
  2. Dapat diandalkan.
  3. Sederhana, sedapat - dapatnya tidak usah dikerjakan oleh se­orang dokter.
4.      Murah.
  1. Dapat diterima oleh orang banyak.
  2. Pemakaian jangka lama ( continuation rate tinggi ).

Kita ketahui bahwa sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar - benar 100% ideal / sempurna.

Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kon­trasepsi umumnya masih dalam bentuk cafetaria atau supermarket, di mana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya.
Faktor - faktor dalam memilih metode kontrasepsi :
1.      Faktor pasangan - Motivasi dan Rehabilitas:
Ø  Umur.
Ø  Gaya hidup.
Ø  Frekuensi senggama.
Ø  Jumlah keluarga yang diinginkan.
Ø  Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu.
Ø  Sikap kewanitaan.
Ø  Sikap kepriaan.

2.      Faktor kesehatan - Kontraindikasi absolut atau relatif :
Ø  Status kesehatan.
Ø  Riwayat haid.
Ø  Riwayat keluarga.
Ø  Pemeriksaan fisik.
Ø  Pemeriksaan panggul.

3.      ­Faktor metode kontrasepsi - Penerimaan dan pemakaian berkesinambungan :
Ø  Efektivitas.
Ø  Efek samping minor.
Ø  Kerugian.
Ø  Komplikasi - komplikasi yang potensial.
Ø  Biaya.

Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat meman­dangnya dari dua sudut:
1.      Pihak calon akseptor.
2.      Pihak medis / petugas KB.

2.2.1 Pihak Calon Akseptor                                             
Dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100% sempurna, maka ada 2 hal yang sangat penting yang ingin diketahui oleh pasangan calon akseptor, yaitu:
2.2.1.1 Efektivitas.
2.2.1.2 Keamanan.

2.2.1.1 Efektivitas
Petugas KB sering mendapatkan pertanyaan - pertanyaan sebagai berikut:
  1. "Apakah metode ini benar - benar ampuh?"
  2. "Metode apa yang paling efektif?"
  3. "Metode apa yang paling efektif untuk saya?"
  4. "Apakah saya dapat menjadi hamil bila telah ikut KB?"

Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secara pasti untuk setiap individu wanita, dianggap paling baik un­tuk menjawabnya dengan dua cara:
1.      Angka kegagalan bagi pasangan suami-isteri yangmemakai metode kontrasepsi secara konsisten dan benar ( theoretical atau biological effectiveness ), kegagalan cara (kegagalan metode) (Me­thod failure).
  1. Angka kegagalan bagi pasangan suami - isteri dalam kondisi ke­hidupan sehari – hari atau sebenarnya ( use effectivenes s), kegagalan pe­makai ( User failure ).


2.2.1.2 Keamanan
Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua kontrasepsi juga menimbulkan resiko tertentu pada pemakainya, yaitu :
  1. Risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian, hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain.
  2. Adanya risikoyang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan ( inconvenience ), misalnya senggama menjadi kurang / tidak menye­nangkan, biaya yang tinggi dan lain-lain.

2.2.2 Pihak Medis / Petugas KB
Di samping kedua hal tersebut di atas , untuk pihak medis / petugas KB masih ada hal - hal lain yang penting dan perlu dipertimbang­kan, yaitu:

2.2.2.1 Dalam upaya melindungi kesuburan / fertilitas dari akseptor­
  1. PH-oral yang mempunyai efek protektif terhadap Pelvic Inflammatory Disease, sehingga mungkin merupakan kon­trasepsi yang ideal untuk wanita yang untuk  beberapa tahun ingin aktif secara seksual sebelum mengandung /  hamil.
  2. IUD yang menyebabkan risiko Pelvic Inflammatory Disease lebih tinggi ( 1,5 - 5 x ),  merupakan pilihan yang pa­ling tidak menarik untuk seorang wanita yang masih menginginkan anak di kemudian hari.
  3. Meskipun sekarang dengan metode Bedah - mikro, kontap pada pria maupun wanita dapat dipulihkan kembali, ha­ruslah ditekankan bahwa metode kontap ini dianggap sebagai metode yang permanen.

2.2.2.2 Keuntungan Non - Kontraseptif
Perlu disadari pula oleh petugas KB dan akseptor akan keun­tungan - keuntungan Non - kontraseptif dari metode kontrasepsi tertentu, seperti:
  1. Efek terapeutik dari PH - oral untuk wanita dengan Kista ovarium ( Polikistik,  Fungsional ) atau penyakit payudara fibrokistik.
  2. Efek protektif dari Pil - oral, Kondom dan Spermisid terha­dap Pelvic Inflammatory Disease ( PID ).

2.2.2.3 Kontra - Indikasi
Yaitu suatu kondisi medis yang menyebabkan suatu bentuk pengobatan yang seharusnya disarankan  / dilakukan, tidak dianjurkan atau tidak aman.
Dikenal tiga macarn kontra - indikasi :
  1. Absolut           : Jangan memakai.
  2. Relatif kuat     : Dianjurkan untuk tidak memakai.
  3. Relatif lainnya : Dapat dicoba asal diawasi dengan ketat.

2.2.2.4 Tanda - tanda Bahaya
Calon akseptor harus diberitahu / diajarkan tanda - tanda ba­haya dari metode kontrasepsi yang sedang dipertimbangkan olehnya terutarna untuk calon akseptor Pil - oral dan IUD.
  1. Tanda - tanda bahaya Pil - oral:
Ø  Sakit perut yang hebat.
Ø  Sakit dada yang hebat atau "nafas pendek".
Ø  Sakit kepala yang hebat.
Ø  Keluhan mata seperti penglihatan kabur atau tidak dapat me­Iihat.
Ø  Sakit tungkai bawah yang hebat ( betis atau paha ).

  1. Tanda - tanda bahaya IUD:
Ø  Terlambat haid / amenore.
Ø  Sakit perut.
Ø  Demain tinggi, menggigil.
Ø  Keputihan yang sangat banyak / sangat berbau.
Ø  Spotting, perdarahan per - vaginam, haid yang banyak, bekuan­ - bekuan darah.

3. Tanda - tanda bahaya Suntikan:
Ø  Pertambahan berat badan yang menyolok.
Ø  Sakit kepala yang hebat.
Ø  Perdarahan per - vaginam yang banyak.
Ø  Depresi.
Ø  Polyuri.

2.2.2.5 Menghindari Pendekatan "PoIi - Farmasi"
Apakah anda memberi:
1.      Diuretika untuk akseptor Pil - oral yang kemudian mende­rita Hipertensi?
2.      Obat - obat penekan nafsu makan untuk akseptor Pil – oral yang berat badannya bertambah 10 kg?
  1. Obat analgetika untuk akseptor Pil - oral dengan sakit kepala Migraine?
  2. Mengobati PID sambiI membiarkan IUD in - utero?

Tindakan terbaik adalah menghentikan kontrasepsi yang me­nyebabkan kelainan, daripada meIindungi penyebabnya dengan ja­lan memberikan lebih banyak obat - obat lainnya.

2.2.2.6 Kerjasama antara Suami - Isteri
Metode - metode kontrasepsi tertentu tidak dapat dipakai tan­pa kerjasama pihak suami,  misalnya Coitus interruptus, Kon­dom, Spermisid.
Metode Fertility Awareness atau metode "kesadaran akan fertilitas" membutuhkan kerjasama dan saling percaya mempercayai antara pasangan suami - isteri. Dilain pihak, IUD, Pil - oral, Suntikan kadang - kadang digunakan oleh pihak isteri tanpa sepengetahuan atau  dukungan suami.
Keadaan yang paling ideal adalah bahwa isteri dan suami harus bersama – sama :  
1.      Memilih metode kontrasepsi terbaik.                   .
  1. Saling kerja - sama dalam pemakaian kontrasepsi.
  2. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi.
  3. Memperhatikan tanda - tanda bahaya pemakaian kontrasepsi.

2.3 Macam – macam Metode Kontrasepsi
2.3.1 Metode Sederhana
  1. Tanpa Alat
a.       KB Alamiah :
Ø  Metode Kalender ( Ogino – Knaus ).
Ø  Metode Suhu Badan Basal ( Termal ).
Ø  Metode Lendir Serviks ( Billings ).
Ø  Metode Simpto - Termal.
b.      Coitus interruptus.



  1. Dengan Alat
a.       Mekanis ( Barrier )
Ø  Kondom pria.
Ø  Barier Intra - vaginal:
- Diafragma.
- Kap Serviks ( Cervical cap).
- Spons ( Sponge ).
- Kondom Wanita.

b.      Kimiawi
Ø  Spermisid
- Vaginal cream.
- Vaginal foam.
- Vaginal jelly.
- Vaginal suppositoria.
- Vaginal tablet ( busa )
- Vaginal soluble film.
2.3.2 Metode Modern
1.      Kontrasepsi Hormonal
a.       Per – oral :
Ø  Pil Oral Kombinasi ( POK ).
Ø  Mini – pil.
Ø  Morning – after pil.l
b.      Injeksi / Suntikan
                  ( DMPA, NET - EN, Microspheres, Microcapsules ).
c.       Sub - kutis: Implant
                   ( Alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK ):
ØImplant Non – biodegradable ( Norplant, Norplant - 2, S T- 1435, Implanon ).
ØImplant biodegradable ( Capronor, Pellets)
2.      Intra Uterine Devices ( lUD, AKDR ).
3.      Kontrasepsi mantap
a.       Pada Wanita
Ø  Penyinaran :
                        - Radiasi Sinar - X, Radium, Cobalt dan lain-lain.
                        - Sinar Laser.
Ø  Operatif,  Medis Operatif Wanita :
- Ligasi tuba fallopii.
- Elektro - koagulasi tuba fallopii.
- Fimbriektomi.
- Salpingektomi.
- Ovarektomi bilateral.
- Histerektomi.
- Fimbriotexy ( Fimbrial Cap ).
- Ovariotexy.
Ø  Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Mekanis :
1.  Penjepitan Tuba Fallopii :
     - Hemoclip.
     - Tubal band / Falope Ring / Yoon band.
     - Spring - loaded clip.
     - Filshie clip.
2.  Solid Plugs ( Intra Tubal Devices ) :
     - Solid Silastic Intra - tubal Device.
                            - Polyethylene Plug
     - Ceramic dan Proplast Plugs
     - Dacron dan Teflon Plugs
Ø  Penyumbatan Tuba Fallopii Secara Kimiawi :
- Phenol ( Carbolic acid ) compounds.
                        - Quinacrine.  ­
- Methyl – 2 - cyanoacrylate ( MCA ).
                        - Ag - nitrat
- Gelatin – Resorcinol - Formaldehyde ( GRF ).
- Ovabloc.
b.      Pada Pria
Ø  Operatif medis operatif pria  :
                        - Vasektomi / Vasektomi tanpa pisau ( VTP ).
Ø  Penyumbatan vas defe1"ens secara m:ekams:
- Penjepitan vas deferens :  Vaso - clips.
- Plugs.
-    Intra Vas Devices: Intra Vasal Thread ( IVT ), Reversible Intravas Device ( R – IVD ), Shug.
-    Vas Valves : Phaser ( Bionyx Control ), Reversible Intra vasal Occlusive Devices  (RIOD ).
Ø  Penyumbatan  vas deferens secara kimiawi :
                        - Quinacrine.
- Ethanol.
- Ag – nitrat.

2.4 Metode Kontrasepsi yang Sering Dipakai
2.4.1 Kondom                                                                                                                                                                                                                                                                                                Kondom merupakan selubung / sarung karet yang terbuat dari lateks ( karet ) atau plastik ( vinil ), yang dipasang pada penis saat hubugan seksual.

Ø  Cara Kerja :                                                                                                                              
  1. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas diujung selubung karet yang di pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
  2. Mencegah penularan mikroorganisme ( IMS termasuk HBV, dan HIV / AIDS ) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain ( khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil ).



Ø  Efektifitas :
Kondom cukup efektif  bila dipakai secara benar  pada setiap kali berhubungan seksual.
  1. Secara ilmiah ( Theoretical effectivenes ) yaitu : 98%
  2. Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) yaitu : 85 % (tergantung kedisiplinan klien).

Ø  Manfaat :
  1. Efektif  bila digunakan secara benar dan konsisten.
  2. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
  3. Metode kontrasepsi  sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
  4. Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber – KB.
  5. Dapat mencegah penularan IMS.
  6. Mencegah ejakulasi dini.
  7. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks ( mengurangi iritasi bahan karsinogenik endogen pada serviks ).
  8. Tidak mengganggu produksi ASI.
  9. Saling interaksi sesama pasangan.
  10. Murah dan dapat ditemukan secara umum.
  11. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
  12. Sebagai terapi infertilitas.

Ø  Keterbatasan
  1. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
  2. Mengurangi sensitivitas seksual.
  3. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.
  4. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
  5. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
  6. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.



Ø  Efek samping atau masalah
  1. Alergi terhadap lateks atau pelumas atau spermisida yang dipakai atau ada di kondom.
  2. Kondom rusak atau diperkirakan bocor ( sebelum berhubungan ).
  3. Kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
  4. Mengurangi kenikmatan seksual.

2.4.2 Pil
            Pil yang mengandung hormon estrogen dan progesterone ( pil kombinasi ) atau progesterone saja yang diminum setiap hari selama 21 atau 28 hari.

Ø  Cara kerja
  1. Menekan ovulasi.
  2. Lendir  serviks mengental sehingga sulit untuk dilalui oleh sperma.
  3. Mencegah sel telur sudah dibuahi menempel pada dinding rahim ( implantasi ).
  4. Pergerakan tuba terganggu sehingga perjalanan sel telur dengan sendirinya akan terganggu pula.

Ø  Kontraindikasi
  1. Hamil / dicuragai hamil
  2. Tidak diminum bagi mereka yang menderita penyakit : Hati, tumor, jantung, varises, darah tinggi > 180 / 110 mmHg, kanker payudara, perokok dengan usia > 35 tahun, stroke, atau dicuragai kanker, kencing manis > 20 tahun, gangguan pembukaan darah.
  3. Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
  4. Migrain / sakit kepala sebalah.

Ø  Keberhasilan / Efektifitas
  1. Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 7 %.
  2. Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) 92 % ( terutama tergantung kedisiplinan klien ).


Ø  Manfaat
  1. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan dihentikan.
  2. Mengurangi rasa kejang / nyeri perut saat haid.
  3. Terlindung dari penyakit radang panggul dan kehamilan diluar rahim.
  4. Mudah menggunakannya dan dihentikan setiap saat.
  5. Siklus haid jadi teratur, banyaknya darah haid berkurang ( mencegah anemia ).
  6. Mengurangi resiko kanker  ovarium.
  7. Cocok digunakan untuk menunda kehamilan dari pasangan muda.
  8. Produksi ASI tidak dipengaruhi oleh fit yang hanya mengandung progesteron ( Pil Mini : excluton ).

Ø  Keterbatasan
  1. Pemakai harus disiplin meminum pil setiap hari. Jika tidak kemungkinan hamil tinggi.
  2. Dapat mengurangi produksi ASI untuk pil yang mengandung estrogen dan progesterone ( pil kombinasi ).
  3. Tidak dapat mencegah IMS, HIV / AIDS dan HBV.

Ø  Efek Samping
  1. Dapat terjadi bercak – bercak darah ( spotting ) diantara masa haid pada pemakaian 3 bulan pertama.
  2. Amenorhea / tidak haid, pusing, mual pada minggu pertama pemakaian.
  3. Air susu berkurang untuk yang menggunakan pil kombinasi.
  4. Perubahan berat badan.
  5. Flek hitam pada muka.

2.4.3 Suntik
Obat suntik yang berisi hormon progesterone yang disuntikan setiap 2 atau 3 bulan, atau hormon estrogen dan progesterone yang disuntikkan setiap 1 bulan ( suntikan kombinasi ) pada otot panggul atau lengan atas.


Ø  Cara kerja
  1. Menekan ovulasi.
  2. Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga penetrasi sperma terganggu.
  3. Menipiskan endometrium / selaput lendir sehingga tidak siap untuk kehamilan.
  4. Menghambat transportasi sel telur yang telah dibuahi ( gamet ) oleh tuba.

Ø  Kontraindikasi
  1. Hamil / diduga hamil.
  2. Perdarahan vagina yang belum diketahui sebabnya.
  3. Riwayat kanker payudara.
  4. Menderita penyakit jantung, hepatitis, darah tinggi, kencing manis.
  5. Sedang menyusui bayi kurang dari 6 minggu ( setelah melahirkan ).
  6. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala.
  7. Wanita usia 35 tahun yang merokok.

Ø  Keberhasilan / efektifitas
  1. Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99,7 %
  2. Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) 97 %

Ø  Keuntungan
  1. Aman, efek samping kecil, jangka panjang.
  2. Tidak mempengaruhi ASI, cocok untuk ibu menyusui.
  3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4.      Mengurangi jumlah perdarahan saat haid, nyeri haid.                        .
5.      Mencegah anemia, penyakit payudara jinak, kista ovarium, kehamilan ektopik dan melindungi dari penyakit radang panggul.

Ø  Keterbatasan
  1. Kembalinya kesuburan agak terlambat ( 4 – 6 bulan ).
  2. Harus kembali ke tempat pelayanan.
  3. Tidak dapat mencegah IMS, HIV, dan HBV
  4. Efek samping serius dapat timbul seperti serangan jantung, stroke, tumor hati, bekuan darah pada paru dan otak.

Ø  Efek samping
  1. Pusing, mual ( jarang terjadi ).
  2. Menstruasi kadang tidak keluar selama 3 bulan pertama.
  3. Kadang perdarahan lebih banyak pada saat menstruasi.
  4. Penambahan berat badan.

2.4.4 AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari plastik kecil fleksibel yang dililit kawat tembaga halus dan waktu penggunaannya 10 tahun ( CuT – 380 A ).

Ø  Cara Kerja
  1. Menghambat kemampuan spermatozoa untuk masuk ke dalam saluran tuba.
  2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
  3. Mencegah sperma dan ovum bertemu.
  4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi ovum ke uterus.

Ø  Kontraindikasi
  1. Hamil atau diduga hamil.
  2. Gangguan perdarahan yang tidak diketahui ( sampai dapat dievaluasi ).
  3. Infeksi alat kelamin.
  4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.

Ø  Keuntungan
  1. Praktis dan ekonomis
  2. Efektifitas tinggi secara ilmiah 98, 5 % - 99, 9 %, efektivitas pemakaian 98 % - 99, 9 % AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
  3. Kesuburan segera kembali jika dibuka.
  4. Tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil.
  5. Tidak mempengaruhi produksi ASI.
  6. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
  7. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
  8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus ( apabila tidak terjadi infeksi ).
  9. Tidak ada interaksi dengan obat – obat.
  10. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

Ø  Keterbatasan
  1. Tidak mencegah IMS, HIV / AIDS
  2. Penyakit Radang Panggul ( PRP ) terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
  3. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan panggul diperlukan dalam pemasangan AKDR.
  4. Sedikit nyeri dan perdarahan ( spotting ) terjadi setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 2 - 3 hari.
  5. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri dan harus dilakukan oleh provider terlatih.
  6. Kadang - kadang AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui. Angka eks­pulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan.
  7. Ibu harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk rnelakukan ini ibu harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian ibu tidak mau melakukan ini.
  8. Terjadinya komplikasi seperti merasakan sakit dan kejang selama 3 - 5 hari pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya, perforasi dinding uterus ( sangat jarang apabila pemasangannya benar ).

Ø  Cara Penggunaan
  1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak harnil.
  2. Hari pertama sampai ke - 7 siklus haid.
  3. Segera setelah plasenta lahir dengan tenggang waktu 10 menit, selama 48 jam pertama atau 6 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila rnenggunakan rnetode amenorhea laktasi ( MAL ).

  1. Setelah menderita abortus ( segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak ada gejala infeksi.
  2. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

Ø  Efek samping / masalah
  1. Keluar bercak - bercak darah setelah 1 - 2 hari pemasangan.
  2. Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak serta nyeri.

Ø  Komplikasi
  1. Merasakan sakit / kejang setelah 3 – 5 hari pemasangan.
  2. Perdarahan berat waktu haid yang mengakibatkan anemia.

2.4.5 AKBK ( Alat Kontrasepsi Bawah Kulit ) / Implant
Satu, dua atau enam batang silastik ( sebesar batang korek api ) yang berisi hormone progesterone dimasukkan di bawah kulit lengan atas. Implant satu dan dua batang dapat digunakan selama 3 tahun, sedangkan yang enam batang dapat digunakan selama 5 tahun.

Ø  Cara kerja
Hormon progesterone yang terdapat pada batang implant dilepaskan secara perlahan sehingga menyebabkan :
  1. Menekan ovulasi.
  2. Lendir serviks menjadi kental sehingga perjalanan sperma terhambat.
  3. Mengganggu proses pembentukan lapisan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.

Ø  Kontraindikasi
  1. Hamil atau diduga hamil.
  2. Ibu yang sedang menyusui kurang dari 6 minggu pasca persalinan.
  3. Perdarahan vagina yang  belum jelas sebabnya.
  4. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
  5. Yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
  6. Penyakit Mioma uteri dan kanker payudara.
  7. Penyakit dengan gangguan toleransi glukosa.
  8. Penyakit hati, stroke, jantung, yang menggunakan obat untuk epilepsi / TBC.

Ø  Tingkat keberhasilan / efektifitas
  1. Secara iIrniah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 95 %.
  2. Efektifitas pemakaian (Use effectiveness) yaitu 99, 95 %.

Ø  Keuntungan
  1. Tidak menekan produksi ASI.
  2. Praktis, efektif dan daya guna tinggi.
  3. Masa pakai jangka panjang ( 3 atau 5 tahun).
  4. Kesuburan cepat kembali setelah pencabutan.
  5. Bebas dari pengaruh estrogen.
  6. Klien hanya perlu ke provider bila ada kebutuhan.
  7. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
  8. Mengurangi nyeri haid.
  9. Mengurangi jumlah darah haid.
  10. Mengurangi / memperbaiki anemia.
  11. Melindungi terjadinya kanker endometrium.
  12. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
  13. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
  14. Menurunkan angka kejadian endometriosis.

Ø  Keterbatasan
  1. Perubahan pola haid, meningkatnya jumlah darah haid atau tidak haid
  2. Timbul keluhan seperti nyeri kepala, berat badan naik, mual, pusing.
  3. Perubahan perasaan ( mood ).
  4. Membutuhkan tindakan bedah minor untuk pemasangan dan pencabutan.
  5. Tidak melindungi terhadap IMS dan HIV serta HBV.

  1. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat - obat TBC ( rifamspisin ) atau obat epilepsi ( fenitoin dan barbiturat ).

Ø  Cara penggunaan
  1. Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari ke 7.
  2. Setiap saat asal diyakini tidak sedang hamil.
  3. Bila sedang menyusui, boleh dipasang setelah 6 minggu pasca persalinan atau telah datang haid.
  4. Segera setelah keguguran.
  5. Bila klien ingin ganti cara baik setelah pemakaian kontrasepsi hormonal maupun non hormonal dan dipastikan tidak sedang hamil.

Ø  Efek samping
  1. Amenorhea / tidak haid.
  2. Perdarahan bercak ringan atau spotting.
  3. Ekspulsi ( lepasnya batang implant dari tempat pemasangan ).
  4. Infeksi pada daerah pemasangan.
  5. Perubahan berat badan.

2.4.6 Tubektomi
            Prosedur bedah secara sukarela atau alasan medis untuk menghentikan kesuburan         ( fertilitas )  seorang wanita.

Ø  Cara kerja
Menghambat perjalanan sel telur wanita sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma.

Ø  Kontraindikasi
  1. Hamil atau diduga hamil.
  2. Penyakit jantung, paru, infeksi akut.
  3. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.
  4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
  5. Masih menginginkan anak lagi.
  6. Belum memberikan persetujuan secara tertulis.

Ø  Keberhasilan
  1. Secara ilmiah ( Theoretical effectiveness ) yaitu 99, 5 %
  2. Efektifitas pemakaian ( Use effectiveness ) yaitu 99, 5 %

Ø  Manfaat
  1. Efektivitas langsung setelah sterilisasi.
  2. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
  3. Tidak menggangu hubungan seksual.
  4. Mengurangi resiko kanker ovarium.

Ø  Keterbatasan
  1. Resiko dan efek samping bedah tetap ada.
  2. Tidak melindungi dari IMS / HIV dan HBV.

2.5 Pelayanan Rujukan
2.5.1 Pengertian dan Tujuan Rujukan KB
Rujukan Keluarga Berencana (KB) adalah pelimpahan kasus kontrasepsi dari tempat pelayanan yang tidak mampu ke tempat pelayanan yang lebih baik dan mampu rnelaksanakan, mengatasi kasus tersebut.
Tujuan sistem rujukan adalah meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi, dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
            Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional.
   
2.5.2 Kasus Kontrasepsi yang Dirujuk
  1. Calon peserta KB yang baru akan menggunakan alat kontrasepsi.
  2. Peserta KB yang akan mengganti cara ke kontrasepsi yang lainnya.
  3. Peserta KB yang mengalami kasus dari pemakaian kontrasepsi. Misalnya : kegagalan dari pemakaian alat kontrasepsi.
  4. Pemeriksaan ulangan dari kontrasepsi yang dipakainya. Misalnya : pemeriksaan letak IUD atau Implant.

2.5.3 Tempat Pelayanan Rujukan
Tempat pelayanan rujukan KE, dilaksanakan sesuai dengan kasus yang dirujuk, antara lain :
  1. Bagi calon peserta KB baru yang akan menggunakan cara kontrasepsi tertentu antara lain:
Ø  Calon peserta KB yang akan ber KB dengan metode Medis Operatif ( Pria / Wanita ) atau peserta KB yang akan ganti cara ke metode Medis Operatif dapat dirujuk ke Puskesmas yang mampu melaksanakan Metode Operatif atau ke Rumah Sakit pemerintah maupun Rmnah Sakit Swasta.
Ø  Calon peserta KB yang akan ber KB dengan metode kontrasepsi IUD, Implant, Suntikan dan Pil atau peserta KB yang akan ganti cara ke metode tersebut dapat dirujuk ke Polindes ( Pondok Bersalin Desa ), Puskesmas atau dokter / bidan praktek swasta.
  1. Peserta KB yang mengalami kasus dari pemakaian alat – alat kontrasepsi, misalnya kegagalan dan komplikasi dapat dirujuk ke Polindes, Puskesmas, Dokter / Bidan praktek swasta dan Rumah Sakit pemerintah atau swasta.  
  2. Pemeriksaan ulangan dari alat kontrasepsi yang dipakai misalnya : IUD, Implant dapat dirujuk ke Polindes, Puskesmas, Dokter / Bidan praktek swasta dan Rumah Sakit pemerintah atau swasta.

2.5.4 Siapakah yang dapat melakukan rujukan ?
  1. Pada tingkat dusun, dapat dirujuk oleh Kader / PPKBD ke Bidan di desa ( Polindes ) atau Puskesmas pembantu.
  2. Pada tingkat desa, dapat dirujuk oleh Bidan di desa ( PLKB ) ke Puskesmas, Dokter dan Dokter praktek swasta.
  3. Pada tingkat kecamatan, dapat dirujuk oleh Bidan / Dokter praktek swasta, Kepala Puskesmas ke Rumah Sakit pemerintah atau swasta.

2.5.5 Tata Laksana                           .
            Rujukan Medik dapat berlangsung :
1.      Internal antara petugas di satu Puskesmas.
2.      Antara Puskesmas Pembantu dan Puskesmas.
3.       Antara masyarakat dan Puskesmas.
4.      Antara satu Puskesmas dan Puskesmas yang lain.
5.      Antara Puskesmas dan Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
6.      Internal antara bagian / unit pelayanan di dalam satu rumah sakit.
7.      Antar Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan Rumah Sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain.

            Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan tersebut berjenjang dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan kesehatan nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik ke satuan fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi.
            Rujukan bukan berarti melepaskan  tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten  dan bermutu melalui upaya rujukan.
           
            Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan :
1.      Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk.
2.      Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan.
3.      Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju.
4.      Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat ini dan riwayat sebelumnya serta upaya / tindakan yang telah diberikan.
5.      Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umun klien.
6.      Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan harus didampingi perawat / Bidan.
7.      Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan segera menerima rujukan klien.

            Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan :
1.      Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan.
2.      Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi.
3.      Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran – saran upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi.



 
DAFTAR PUSTAKA
 Saifuddin, Abdul Bari, Prof. dr. SpOG. MPH. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. YBPSP. Jakarta. 2003
Hartanto, Hanafi, dr. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 2003
  1. www.depkes.go.id/pelayanankb/rujukan/2007
  2. www.medicastore.com/kontrasepsi/2008