Minggu, 13 Januari 2013


BAB II
STANDAR PELAYANAN KESEHATAN
NEONTAL, BAYI, DAN ANAK

2.1 Standar Pelayanan Kesahatan Neonatal
            Pelayanan kesehatan Neonatal tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar ( Membersihkan jalan napas atau tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi), pemberian vitamin K, identifikasi bayi, dan pemantauan bayi baru lahir  ( Saifuddin. 2002 ).

2.1.1 Membersihkan jalan napas
            Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas dengan cara sebagai berikut :
  1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
  2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
  3. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
  4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 -3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.

Catatan :
-          Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak. Sangat penting membersihkan jalan napas, supaya upaya bayi bernapas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir ( masuknya lendir ke paru – paru ).
·         Alat penghisap lendir mulut ( DeLee ) atau penghisap lendir yang lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus telah siap di tempat.
·         Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
·         Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang pertama.
·         Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.
-          Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang adekuat.
·         Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan pemompaan bila setelah 1 menit bayi tak bernapas ( Saifuddin. 2002 ).

2.1.2 Memotong dan Merawat Tali Pusat
            Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alcohol 70 % atau povidon iodine 10 % serta dibalut kassa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah atau kotor.

Catatan :
-          Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah di klem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan.
·         Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu siap tersedia di ambulans, di kamar bersalin, ruang penerimaan bayi dan ruang perawatan bayi.
·         Gunting steril juga siap.
·         Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan tali pusat
( Saifuddin. 2002 ).
2.1.3 Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi  
            Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat ( Saifuddin. 2002 ).

2.1.4 Pemberian ASI
            Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan ekslusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat di klem dan di potong. Beritahu bahwa penolong akan selalu membantu ibu untuk menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan memastikan ibu dalam kondisi baik ( termasuk menjahit laserasi ). Keluarga dapat membantu ibu untuk memulai pemberian ASI lebih awal. Memulai pemberian ASI secara dini akan merangsang produksi susu dan memperkuat refleks menghisap bayi yang paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir ( JNPK – KR / POGI & JHPIEGO. 2008 )

2.1.5 Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup bulan perlu diberikan Vitamin K peroral 1 mg / hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberikan Vitamin K parenteral dengan dosis 0, 5 – 1 mg secara IM ( Saifuddin. 2002 ).

2.1.6 Memberi Obat Tetes / Salep Mata
            Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah dimana prevelensi gonorrhea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat Eritromisin 0, 5 % atau Tetrasiklin 1 % dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia ( penyakit menular seksual ) ( Saifuddin. 2002 ).

2.1.7 Identifikasi Bayi
            Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Pada alat / gelang identifikasi harus tercantum nama ( Bayi, Nyonya ), tanggal lahir, nomor register bayi, jenis kelamin, unit, dan nama lengkap ibu. Di tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, dan nomor identifikasi.
            Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang.  Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut, dan catat dalam rekam medik ( Saifuddin. 2002 )

2.1.8 Pemantauan Bayi Baru Lahir
            Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan sera tindak lanjut petugas kesehatan.
  1. Dua jam pertama sesudah lahir
Hal – hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi ;
-          Kemampuan menghisap bayi kuat atau lemah
-          Bayi tampak aktif atau lunglai
-          Bayi kemerahan atau kebiruan
  1. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti ;
-          Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan
-          Gangguan pernapasan
-          Hipotermia
-          Infeksi
-          Cacat bawaan atau trauma lahir
( Saifuddin. 2002 )

2.1.9 Yang Perlu di Perhatikan Pada Bayi Baru Lahir
            Hal – hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir adalah ;
  1. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling
  2. Keaktifan
  3. Simetri
  4. Kepala
  5. Muka wajah
  6. Mata
  7. Leher, dada, abdomen
  8. Punggung
  9. Bahu, tangan, sendi, tungkai
  10. Kulit dan kuku
  11. Kelancaran menghisap dan pencernaan
  12. Tinja dan kemih
  13. Refleks
  14. Berat badan ( Saifuddin. 2002 )

2.1.10 Yang Perlu di Pantau Pada Bayi Baru Lahir
            Hal – hal yang perlu di pantau pada bayi baru lahir adalah ;
  1. Suhu badan dan lingkungan
  2. Tanda – tanda vital
  3. Berat badan
  4. Mandi dan perawatan kulit
  5. Pakaian
  6. Perawatan tali pusat ( Saifuddin. 2002 )






2.2 Standar Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
 Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan tumbuh kembang bayi ( DDTK ), stimulasi perkembangan bayi, MTBM, manajemen terpadu balita sakit ( MTBS ), dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA yang diberikan oleh dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi ( DepKes RI. 2005 )

Tanda bahaya umum pada bayi, adalah ;
  1. Sesak napas
  2. Frekuensi pernapasan 60 x / menit
  3. Gerak retraksi di dada
  4. Malas minum
  5. Panas
  6. Kurang aktif
  7. Sianosis sentral
  8. Perut kembung
  9. Apnue
  10. Kejang
  11. Merintih
  12. Perdarahan
  13. Sangat kuning
  14. BBLR dengan kesulitan minum ( JNPK – KR / POGI & JHPIEGO. 2008 )









2.3 Standar pelayanan  Kesehatan Anak
Pelayanan DDTK Anak balita dan Prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak menggunakan MTBS, monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA / KMS dan pemantauan  perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian); penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan prasekolah; pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu ( DepKes RI. 2005 )

Tanda bahaya umum pada Anak :
  1. Muntah
  2. Malas minum
  3. Kejang
  4. Letargis
  5. Batuk
  6. Sukar napas
  7. Retraksi
  8. Stridor ( MTBS. 2004 )














Tidak ada komentar:

Posting Komentar